Langsung ke konten utama

Buku Sejarah: THE CHRONICLES OF THE GREAT WAR





Judul                : THE CHRONICLES OF THE GREAT WAR
Penulis            : Alfi Arifian
Ukuran            : 14 x 20 cm
Jenis Cover    : Ivory 210 gram (Doftspot)
Tebal               : 336 hal.
Penerbit         : Sociality
Cetakan          : November, 2017
Harga              : Rp68.500, 00

Buku ini mengisahkan Perang Dunia I (1914-1918) dalam bentuk kronik agar pembaca tahu proses Perang Dunia I, mulai dari kondisi di Eropa—sebelum masuk abad 20—yang memaksa para hegemon menggunakan jalan perang sebagai diplomasi, pecah perang dan adu kekuatan militer, hingga hasil akhir yang mengakibatkan runtuhnya beberapa dinasti penguasa.
Dunia mengenang peristiwa dahsyat ini dipicu sentimen pemuda nasionalis Serbia (Gavrilo Princip) yang menembak mati putra mahkota Kekaisaran Austro-Hongaria, Franz Ferdinand, beserta istrinya, Sophie, dalam suatu parade di Sarajevo (ibukota Bosnia-Herzegovina), dikarenakan kebijakan politik Austro-Hongaria yang menganeksasi besar-besaran Negara Balkan bekas vassal Kekaisaran Ottoman, termasuk Bosnia-Herzegovina. Sentimen ini muncul karena Austro-Hongaria berniat mencaplok Serbia juga, meski Austria ragu, sebab Serbia merupakan protektorat Kekaisaran Rusia.
Gavrilo Princip tergabung dalam kelompok radikal “The Black Hand” yang berisi pemuda-pemuda pro-etnis Slav (meliputi Bosnia, Serbia, dan Kroasia). Mereka mendukung penyatuan bangsa Slav (Yugoslavia), sehingga menolak invasi Austria di kawasan Slav. Terlebih, Sarajevo didiami orang-orang yang kebanyakan berasal dari Serbia. Namun, sentimen nasionalisme Pan-Slav yang memicu pembunuhan sang pangeran flamboyan dari dinasti Habsburg, Franz Ferdinand, bukanlah penyebab utama meletusnya Perang Dunia I. Usaha Gavrilo Princip dan kelompok “The Black Hand” hanya trigger (pemicu) yang sengaja dirancang oleh kekuatan yang lebih besar, yang telah mendesain pola simbiosis antarpenguasa di Eropa, yang bertujuan menggembosi Kekaisaran Jerman Raya sejak memenangi Perang Franco-Prusia dan berhasil menyatukan Konfederasi Jerman. Sebab, munculnya Kekaisaran Jerman telah mengguncang “balance of power” negara “great power” sejak “Konvensi Wina” (konvensi sejak berakhirnya rezim Napoleon di Eropa). Jerman telah menjelma sebagai industrialis baru dan berhasil membangun angkatan militer yang kuat di kawasan Eropa kontinental. Hal ini membahayakan posisi strategis Kekaisaran Britania sebagai penguasa Laut Utara, yang menguasai jalur ekonomi ke Timur Jauh, serta Timur Tengah.
Maka, pemangku takhta Inggris saat itu, Raja Edward VII, sengaja mendesain aliansi-aliansi politik dan berbagai permainan intelijen tingkat tinggi yang berhasil mengurung Jerman dari berbagai sisi, menyisakan aliansi dari dinasti Habsburg, pemangku Kekaisaran Austro-Hongaria, sebelum akhirnya berhasil membujuk Sultan Ottoman untuk turut bergabung menghantam Inggris dan para sekutunya.
Inilah perang para bangsawan terdahsyat yang tercatat sejarah sampai detik ini, yang dikenal dengan “The Great War” atau Perang Dunia I (1914-1918). Perang ini berhasil mengubah peta politik dunia: menghapus beberapa negara adidaya dan melahirkan negara-negara baru, menciptakan paham komunisme, memicu perang abadi di kawasan Israel-Palestina, serta menciptakan tatanan dunia baru yang membidani lahirnya “League of Nations”, yakni benih organisasi PBB.     

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gereja Santo Mikael: Harmony in Diversity

By Alfi Arifian Sebagai seorang muslim yang hidup di lingkungan Katolik sejak kecil, saya telah mengarungi bahtera perbedaan dengan orang-orang terdekat. Saya mengagumi bangunan tinggi tempat peribadatan umat Katolik yang selalu memadukan unsur estetika klasik medieval seperti Gothik atau Romanesque. Jika tak salah, Gereja Katolik memiliki nama berbeda dalam stratanya. Seperti Kapel (gereja kecil), Paroki (Gereja Pastorial), Katedral (Gereja Keuskupan atau Kardinal) dan Basilika (tempat kedudukan Paus). Saat sebelum saya beserta keluarga pindah rumah, saya tinggal di Jalan Kartini. Nama itu selalu terngiang di ingatan dan benak saya, sebab masa kecil saya lebih banyak dihabiskan di sana. Bagi saya tak ada kenangan hidup terindah selain kenangan masa kecil. Di sanalah selalu tersedia ruang ingatan yang takkan pernah saya hapus. Mungkin sebagian besar orang akan mengatakan kenangan terindah adalah masa SMA, namun saya memilih antitesis-nya. Bukan berarti masa SMA saya merup...

RESENSI BUKU "THE CHRONICLES OF THE GREAT WAR"

Judul Resensi: Ternyata Raja Inggris yang Menyebabkan Perang Dunia Pertama Peresensi: Faaqih Irfan Djailan Sumber: https://www.plukme.com/post/ternyata-raja-inggris-yang-menyebabkan-perang-dunia-pertama-wP2I9sd Judul buku: The Chronicles of Great War: Kronik Perang Dunia I, 1914-1918 Penulis: Alfi Arifian Jumlah halaman: 234 Penerbit: Sociality, Yogyakarta Tahun Terbit: 2017 ------------------------------------- Perang Dunia Pertama yang terjadi pada 1914-1918 sebagaimana diketahui banyak khalayak adalah perang yang disebabkan oleh terbunuhnya putra mahkota Kekaisaran Austro-Hungaria, Franz Ferdinand, oleh Gavrilo Princip. Alasan dasar Princip membunuh sang putra mahkota adalah nasionalisme Serbia yang menginginkan kemerdekaan Serbia dari Austro-Hongaria setelah lepas dari cengkraman Kesultanan Ustmaniyah pada abad ke-19. Ironisnya, pembunuhan itu sebenarnya semacam pembunuhan dari gerakan bawah tanah yang tidak direstui oleh banyak kalangan di Serbia...

Akulturasi dan Asimilasi Kebudayaan Minangkabau di Sumatra Barat

Oleh: Alfi Arifian        Provinsi Sumatera Barat dihuni oleh mayoritas etnis atau bangsa yang disebut Minangkabau (Minang). Bangsa Minang memiliki sejarah kebudayaan yang panjang dan unik. Lahirnya bangsa Minangkabau sendiri adalah hasil dari asimilasi budaya yang di dalamnya terdapat banyak akulturasi budaya yang mengidentifikasi kelembagaan adat Minangkabau . Bangsa Minangkabau adalah bangsa sastra. Lahirnya karya sastra besar negeri ini didominasi tokoh-tokoh kelahiran Minang . Hal ini karena kebudayaan Minang sendiri yang lahir dari sebuah legenda, mitologi, atau dongeng. Minangkabau hampir tidak memiliki catatan sejarah tertulis atau kronik historis karena budaya lisan yang sangat mendominasi. Sejarah Minang lebih banyak berasal dari lisan atau cerita mulut yang diwariskan turun temurun yang disebut tambo ( Tambo Alam Minangkabau ) . Tambo berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya ‘kabar’. Makanya dalam istilah Orang Minang disebut ‘kaba’. Tamb...