Mendengar
kata “sejarah”, persepsi orang secara umum akan merujuk ke “peristiwa masa
lampau”, entah itu dalam wujud hitam putih saat Bung Karno membacakan pidato
Nawaksara, Hitler yang menginspeksi pasukan SS-nya, lukisan Monalisa yang
mengingatkan kita pada sang seniman heretik Leonardo da Vinci, lukisan
Diponegoro yang ditangkap Jenderal De Kock, ataupun bangunan neo-klasik ala
Yunani-Romawi. Apa pun itu, gambar mental (mental
image) yang muncul di benak setiap orang saat mendengar kata “sejarah” tak
jauh dari hal-hal yang mengacu pada peristiwa masa lalu. Apakah salah? Untuk
lebih jelasnya, mari simak definisi sejarah berikut ini.
Secara
etimologis, sejarah berasal dari bahasa Arab syajaratun yang artinya “pohon”. Sedangkan dalam bahasa Arab sendiri,
sejarah disebut tarikh. Tarikh berarti “waktu atau penanggalan”,
sebab sejarah merupakan kajian diakronis (mengenai garis waktu). Orang
Indonesia menggunakan kata serapan syajaratun
sebab sejarah secara filosofis tak ubahnya seperti pohon: berhubungan dengan
asal-usul atau silsilah, seperti pohon dan rantingnya.
Di
dalam bahasa-bahasa nusantara ada beberapa kata yang mengandung arti sejarah,
yakni babad (bahasa Jawa), tambo (bahasa Minangkabau), turi-turian (bahasa Batak), tutui teteek (bahasa Roti), dan
lain-lain.
Dalam
bahasa Inggris, sejarah adalah history.
Berasal dari bahasa Yunani, istoria,
yang artinya “ilmu”. Selain diserap ke dalam bahasa Inggris, history, sejarah juga memiliki variasi
lain di bahasa Eropa lainnya, seperti historie
(bahasa Perancis), storia (bahasa
Italia), geschichte (bahasa Jerman). Sementara
dalam bahasa Belanda dikenal istilah gescheiedenis
(dari kata geschieden, artinya “yang terjadi”).
Definisi Sejarah
Menurut KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia), pengertian Sejarah
adalah:
1 Asal-usul (keturunan) silsilah; 2 kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau;
riwayat; tambo; 3 pengetahuan atau
uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi dalam masa
lampau; ilmu sejarah.
Definisi Sejarah Menurut Para Ahli
Menurut
"Bapak Sejarah" (The Father of
History), Herodotus (484 SM - 425 SM), Sejarah ialah satu kajian untuk
menceritakan suatu perputaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat, dan
peradaban. Sejarah tidak berkembang ke arah depan dengan tujuan yang pasti,
melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan
oleh keadaan manusia.
Menurut
filsuf Yunani, Aristoteles (384 SM – 322 SM), Sejarah merupakan satu sistem
yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Jadi,
menurutnya, sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai
catatan, atau bukti-bukti yang konkret. Dari penjelasannya, masa yang tidak ada
catatannya disebut “Prasejarah”.
Menurut
sejarawan Islam, Ibnu Khaldun (1332 – 1406), Sejarah merupakan catatan tentang
masyarakat umat manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan-perubahan yang
terjadi pada watak masyarakat tersebut.
Menurut
“Bapak Empirisme”, Francis Bacon (1561 – 1626), Sejarah merupakan pengetahuan
atau ilmu yang bersifat individual, untuk membedakan dengan philosophia (filsafat) yang berbicara
mengenai hal-hal yang bersifat umum. Sejarah mempelajari hal-hal yang berkisar
dalam waktu dan tempat, dengan menggunakan ingatan sebagai instrumen
esensialnya. Francis Bacon membedakan antara historia naturalis (sejarah alam) yang mempelajari data-data
alamiah (tumbuh-tumbuhan dan binatang) dengan historia civilis (sejarah masyarakat) yang berbicara mengenai
masyarakat dan negara.
Menurut
sejarawan dan filsuf Inggris, Robin George Collingwood (1889 – 1943), Sejarah
ialah sebuah bentuk penyelidikan tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh
manusia pada masa lampau.
Menurut
sejarawan, diplomat, dan jurnalis Inggris, Edward Hallett Carr (1892 – 1982)
dalam bukunya What is History (1961),
Sejarah adalah dialog yang tak pernah selesai antara masa sekarang dan masa lampau,
suatu proses interaksi yang berkesinambungan antara sejarawan dan fakta-fakta
yang dimilikinya.
Menurut
sastrawan dan politikus Indonesia, Mohammad Yamin (1903 – 1962), Sejarah adalah
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cerita bertarikh yang disusun sebagai
hasil penafsiran (penyelidikan) kejadian-kejadian dalam masyarakat manusia pada
waktu yang telah lampau yang dapat dibuktikan dengan bahan-bahan faktual.
Menurut
ulama dan pemikir Iran, Morteza Motahhari (Ayatullah Murtadha Muthahhari, 1919 –
1979), ada tiga definisi sejarah berdasarkan disiplin kesejarahan yang berkaitan,
yaitu:
a. Sejarah tradisional (tarikh naqli): pengetahuan tentang kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa,
dan keadaan-keadaan kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya dengan
keadaan-keadaan masa kini.
b. Sejarah ilmiah (tarikh
ilmi): pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa
lampau yang diperoleh melalui pendekatan dan analisis atas peristiwa-peristiwa
masa lampau.
c. Filsafat sejarah (tarikh
falsafi): pengetahuan tentang perubahan-perubahan bertahap yang membawa masyarakat
dari satu tahap ke tahap lain.
Menurut
R. Mohammad Ali dalam buku “Pengantar Ilmu Sejarah”, pengertian sejarah ada 3,
yaitu:
a. Sejarah adalah sejumlah proses perubahan, kejadian, dan
peristiwa seluruhnya yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
b. Sejarah adalah cerita tentang proses perubahan dalam
kehidupan manusia yang tersusun secara sistematis (serba teratur dan rapi).
c. Sejarah adalah seperangkat ilmu yang menyelidiki perubahan
(perkembangan) peristiwa dan kejadian pada masa lampau.
Menurut
filsuf Inggris, Patrick Gardiner (1922 – 1997), “History is the study of what human beings have done”—Sejarah adalah
ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh manusia.
Menurut
cerpenis dan sejarawan Indonesia, Nugroho Notosusanto (1930 – 1985), Sejarah adalah
peristiwa-peristiwa yang menyangkut manusia sebagai makhluk bermasyarakat yang
terjadi pada masa lampau. Sejarah juga berarti kisah mengenai segala peristiwa
dan disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan dari berbagai peristiwa itu.
Menurut
Profesor Kuntowijoyo, sejarah menyuguhkan fakta secara diakronis, ideografis,
unik, dan empiris.
a.
Sejarah bersifat diakronis karena berhubungan dengan
perjalanan waktu: masa lampau—masa sekarang.
b.
Sejarah bersifat ideografis karena sejarah
menggambarkan, memaparkan, dan menceritakan sesuatu.
c.
Sejarah bersifat unik karena berisi hasil penelitian tentang hal-hal yang unik dan
secara khas hanya berlaku pada sesuatu (objek penelitian sejarah).
d.
Sejarah bersifat empiris karena sejarah bersandar pada
pengalaman manusia yang sungguh-sungguh terjadi.
Komentar